Rabu, 22 Oktober 2014

Sejarah Pergerakan Mahasiswa

Sejarah Pergerakan Mahasiswa

Assalamualaikum wr.wb.
Sebelumnya saya ingin mengucapkan Terima kasih kepada Kak Haedar yang telah menguraikan dengan panjang lebar dan jelas mengenai materi ini. Kali ini saya akan mereview materi yang Sejarah Pergerakan Mahasiswa.

Mahasiswa merupakan manusia-manusia intelek yang sangat berperan aktif dalam setiap momen perkembangan bangsa yang besar ini.  Mahasiswa selalu berada di garis terdepan dalam menghadapi berbagai permasalahan dan isu yang menggoyahkan negeri ini. Mahasiswa begitu dekat dengan masyarakat, sehingga dapat menjadi agen yang menjembatani tersampaikannya aspirasi masyarakat umum terhadap pemerintah negara. Mahasiswa begitu aktif, kritis,  dan analitis dalam mengelola suatu isu. Tidak serta merta melakukan pergerakan dan aksi. Mahasiswa selalu berusaha mencari jalan keluar dan pemecahan masalah ditengah krisis dan tekanan sekalipun.

Sejarah telah menguraikan begitu banyak aksi pergerakan mahasiswa yang menjadi awal perubahan di negara ini, mulai dari era kebangkitan nasional hingga era 1998 atau runtuhnya orde baru. Berikut adalah uraian singkat mengenai pergerakan dan aksi mahasiswa dalam sejarah Indonesia:

Era 1908
Lahirnya aksi pergerakan mahasiswa bermula pada tahun 1908. Pada masa itu, mahasiswa - mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA ( School tot Opleiding van Indische Artsen) mendirikan sebuah wadah pergerakan pertama di Indonesia  yang bernama Boedi Oetomo, dimana organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 yang kemudian ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan Nasional.  Wadah ini merupakan refleksi sikap kritis terhdapa penjajahan belanda dan keresahan intelektual dimana masyarakat pribumi selalu dianggap bodoh sehingga sumber daya alam Indonesia mudah dieksploitasi. Organisasi ini berdiri diawali dari kegiatan akademis berupa diskusi rutin di perpustakaan STOVIA yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang
sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam
mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging pada tahun 1922, dan berubah menjadi perhimpunan Indonesia pada 1925.  Selain itu, masih ada organisasi pemuda mahasiswa yang lain seperti Indische Partij, ISDV,  muhammadiyah dan sarekat islam. Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging kembali ke tanah air.

Era 1928
Sejarah berlanjut pada periode berikutnya di tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang bernama Soetomo pada tanggal
19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan - kawannya dari Sekolah Tinggi Teknik (ITB) dinBandung beriniisiatif untuk mendirikan Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan kedua kelompok diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul pada masa itu.  Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI). Disusul  Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam. Banyaknya organisasi mahasiswa mendorong   diselenggarakannya kongres pemuda Indonesia II pada 26-28 Oktober 1928. Kongres ini dimotori oleh PPPI yang  diketuai oleh Soegondo Djodjopoespito. Kongres ini dihadiri oleh wakil-wakil organisasi kepemudaan yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Sumatera Bond, Jong Islamieten Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Jong
Ambon, Jong Batak bond, Pemuda Kaum Betawi, dll. Kongres ini lah yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Era 1945
Misi Indonesia pada saat itu yaitu melepaskan diri dari belenggu pejajahan atau merebut kemerdekaan. Kondisi pergerakan mahasiswa pada saat itu tidak semudah pada periode - perode sebelumnya. Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda. Yaitu melarang tindakan berbau politik dengan membubarkan organisasi pelajar maupun partai politik. Maka masa ini menjadi masa suram bagi pergerakan mahasiswa, sehingga mahasiswa lebih banyak melakukan kegiatan diskusi di luar kampus bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama mahasiswa yang dijadikan sebagai markas pergerakan. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah,  yang dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan,
peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa  Rengasdengklok. Tokoh - tokoh tersebut secara radikal dan melalui pergerakan bawah tanah melakukan desakan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, setelah mereka mendengar bahwa telah terjadi
insiden bom atom di Jepang melalui siaran radio, dan mereka berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.

Era 1966
Pada masa setelah kemerdekaan, mulai bermunculan secara bersamaan organisasi -organisasi mahasiswa di berbagai kampus. Seperti, HMI, PPMI, GMNI, GAMSOS dll. Beberapa organisasi mahasiswa yang terdiri dari HMI, GMKI, PMKRI, PMII, SOMAL, Mapancas, dan IPMI,  sepakat untuk membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) pada 25 Oktober 1966 setelah  berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP)
Mayjen dr. Syarief Thayeb. Dimana tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI),
Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dll. Gerakan angkatan '66 inilah yang kemudian mulai melakukan penentangan terhadap PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya bagi negeri. Oleh karena berbagai aksi tidak mendapat respon pemertintah, maka terbentuk lah kesatuan aksi yang disebut Front Pancasila dan tercetuslah Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) pada 10 Januari 1966.
Setelah Orde Lama berakhir, aktivis
Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabinet pemerintahan Orde Baru. Hal inilah yang membuat Soe Hok Gie merasa dikhianati. Dia adalah salah satu aktivis mahasiswa yang berpengaruh dan secara lantang mengatakan kepada kawan - kawan seperjuangannya yang telah berbelok idealismenya dengan kalimat "lebih baik terasingkan daripada hidup dalam kemunafikan".

Era NKK/BKK
Pada periode 1974 ini, mahasiswa
justru berkonfrontasi dengan pihak militer yang mereka anggap telah menjadi alat penindas bagi rakyat. Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan
rezim Orde Baru. Sehingga melahirkan aksi seperti penolakan kenaikan BBM, pemberantasan korupsi dan pemilu.
Pada tahun 1978 yaitu saat terpilihnya Soeharto untuk periode ketiga di berlakukanlah Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978 dan Badan Koordinasi Kampus (BKK). Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979, guna meredam aksi mahasiswa. Sehingga pada masa ini, pemerintah sangat kuat. Pada 1980an terjadi krisis politik dan 1987 mahasiswa melakukan demo menuntut penghapusan NKK/BKK.

Era 1998
Pada masa 1998, krisis moneter hebat membuat gejolak aksi mahasiswa tidak dapat dibendung lagi, belum lagi dengan  harga BBM yang melonjak naik.Demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa pun
akhirnya semakin merebak dan meluas. Di Jakarta, ribuan mahasiswa telah berhasil  
menduduki gedung MPR/DPR RI pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan yang terjadi itulah akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB, presiden RI pada saat itu, yaitu Soeharto resmi mengundurkan diri, dan kemudian menyerahkan jabatannya ke wakil presidennya yaitu Prof.BJ Habibie.      

Aksi atau pergerakan mahasiswa tidak hanya berhenti pada peristiwa -peristiwa penting yang telah menjadi catatan sejarah tersebut, hingga saat ini mahasiswa tetap menjadi agen perubahan yang setia pada masyarakat dan bangsa Indonesia.

Demikian yang dapat saya uraikan, mohon tuliskan komentar anda. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar